Mengarang suatu kasus yang lazim terjadi, tanpa menjadikannya kering bukanlah perkara mudah. Suatu kebiasaan sehari-hari tidak lagi remeh-temeh jika kisahnya dihadirkan sembari menguak detail-detail penuh emosi ke permukaan.
Aspek budaya, pergulatan ego, dan kontruksi sosial ditilik lebih dalam agar cerita dan nuansanya bisa tersampaikan. Itulah kekuatan utamanya, tanpa perlu perlu plot yang tumpang tindih—karena sesuatu yang remeh-temeh tadi— atau scene yang berkelok-kelok. Dalam dunia perfilman kita kenal Dardenne Brothers, duo sutradara yang piawai dalam urusan tersebut. Ciri khas karya-karya mereka adalah penggunaan pendekatan realisme dalam menghadirkan lika-liku kehidupan pekerja.
Saya melihat itu di film Together Together. Walaupun sensitivitas politik dan sosio-ekonomi yang lekat dengan realisme hadir agak malu-malu (atau saya hanya mencoba memirip-miripkan saja?), itu tetaplah akar dari premis film ini—yang kemudian dapat membuat para tokoh utama bertemu—. Para penggemar film bergenre romantis ataupun komedi, mungkin film ini bisa dianggap medioker. Namun saya kira, film rom-com ini justru dapat menjadi opus brilian jika tidak dilihat melalui kacamata genre.
Dinamika relasi di film ini tidak hanya menampilkan hubungan romantis, malahan muncul pula kecenderungan cinta platonis, termasuk afeksi dari ibu ke anak. Di sisi komedi, hampir tidak ditemukan karakter konyol di kedua peran inti, pun tak ada dialog yang bernada ganjil. Meski demikian, film ini tetap mampu memancing tawa kecil dengan adegan-adegan yang seolah tak ditulis untuk humor. Semuanya begitu mengalir. Di sepanjang film, Alex Sommers menghadirkan musik dengan suasana sentimentil. Upaya humornya seolah dibuat untuk menyasar kecenderungan kita yang kerap menertawai situasi orang lain. Tawa muncul seiring dengan terbitnya rasa iba.
Diperankan dua pelawak amerika: Patti Harrison (Anna) dan Ed Helmns (Matt). Akan tetapi jangan harap karakter Patti Harrison di serial televisi Shrill dan Ed Helmns di trilogi The Hangover dengan kekhasan banyolan mereka akan ada di Together Together. Melalui tokoh Anna dan Matt, kedua pelawak tadi harus menampillkan kesan karakter yang misterius dan irit berkomunikasi.
Tak heran jika Together Together hadir dengan cerita yang ringan tetapi cerdik. Sutradara sekaligus penulis naskahnya: Nikole Beckwith, sebelumnya sudah berhasil membesut film debutnya Stockholm, Pennsylvania. Ia mengail emosi dengan menyentuh ketat detail dari bentangan dampak traumatik penyintas Stockholm sindrom, lalu dengan ciamik mengemas pergulatan psikologis yang mampu mengaburkan kenangan ke titik yang paling ironis.
Anna dan Matt merupakan tokoh penyendiri dengan jejak historis yang miris. Matt adalah desainer aplikasi Loner (aplikasi sejenis Tinder). Ia seorang lelaki dengan kemapanan finansial di umur empat puluhan. Tokoh Matt diceritakan sebagai kutu buku yang tidak terlalu banyak memiliki pengalaman menjalin hubungan romantis, sekalipun berelasi Matt merasa dirinya tidak beruntung soal itu. Sementara itu, Anna merupakan perempuan yang mengadu nasib di kota seorang diri. Ia terpaksa memutus ikatan keluarga karena hamil di usia muda. Merasa gagal dan tak layak, Anna memilih agar anaknya diadopsi. Ikatan keluarga ia putuskan lantaran tak kuasa menanggung hujatan dan penghakiman.
Pertemuan Anna dan Matt didasari oleh hubungan timbal balik sebuah pekerjaan. Relasi kerja dimana seseorang menginginkan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh orang lain. Ya, ada yang mempekerjakan tentu ada yang dipekerjakan. Hubungan yang sepenuhnya transaksional.
Matt yang dilanda kebosanan hari tua, berusaha mereda kebanalan hidupnya dengan berencana memiliki anak tanpa ada perempuan yang terlibat. Mungkin luka masa lalunya belum tuntas mengering; mungkin juga birahinya tak lagi menyalak, itu salah dua dugaan saya. Keinginan Matt menggendong momongan dibarengi usaha yang tak tanggung-tanggung; informasi menyoal parenting Matt pelajari amat khusyuk. Karena ketahanan finansial yang mumpuni, Matt menjalin kemitraan dengan Anna yang setuju menyewakan rahimnya untuk dapat dibuahi sperma dari Matt. Tanpa ada ikatan diluar pekerjaan; tanpa bersetubuh (metode surogasi). Tema ayah tunggal memang bukan barang baru, tapi dengan surogasi dan cara Matt memilih menjadi ayah tunggal adalah keunikan dari Together Together.
Bukan praktek surogasi altruistik, saya pun sedikit berkeberatan jika harus menyebutnya bisnis surogasi. Anna menyewakan rahimnya atas motif imbalan yang profitnya akan ia gunakan untuk menyelesaikan pendidikan tinggi. Terlebih keterlibatan Anna dengan sebuah agensi surogasi tidak dijelaskan/dihadirkan dalam film. Bekerja sebagai pelayan di kedai kopi, hidup Anna tidak bisa dianggap berkecukupan untuk hidup di kota.
Sebagai seorang pekerja tak memiliki alat produksi sendiri, Anna terpaksa menjual tubuhnya untuk memperoleh upah bertahan hidup. Hubungan sosial terus menghidupkan gerak persaingan, pemaksimalan laba, membuat laba kembali menjadi alat produksi, dan menitah produktivitas pekerja agar tak melempem. Lingkaran setan tersebut akan berjalan stabil ketika tak ada waktu bagi pekerja memahami corak itu semua. Tidak semua orang mampu mengakses pendidikan. Hal ini menjadi semacam cerminan bahwa ilmu pengetahuan tidak bebas dari aspek bisnis dan komersialisasi.
Setelah wawancara kepribadian masing-masing rampung, aturan tentang batas sudah disepakati, tinggal menunggu upah yang turun setelah bayi bisa terlahir. Proses sepanjang sembilan bulan mengandungnya Anna selanjutnya memunculkan pula konflik lainnya.
Perihal menjadi ayah untuk seorang yang benar menginginkannya adalah suatu kebahagiaan yang sulit dijelaskan. Itu terlihat dalam film bagaimana antusias Matt yang baru merasakan jadi seorang ayah. Tentu menjaga sang buah hati adalah keharusan. Anak yang sehat adalah ibu yang sehat, itu mungkin yang terlintas di kepala Matt, sehinga menjaga Anna yang sedang mengandung anaknya tak luput Matt lakukan.
Anna awalnya tidak keberatan jikapun dia harus menanggung kehamilan tanpa Matt harus melihat dan mengawasinya. Tapi situasi berkehendak lain. Sikap saling menghormati dan dua individu yang intens berinteraksi, lalu kebutuhan kehamilan yang tak mungkin Anna tanggung sendiri. Alhasil banyak aktivitas yang dilakukan bersama-sama dari pemilihan warna untuk kamar hingga kesepakatan soal nama sementara bagi sang bayi. Meski awalnya kebersamaan mereka hanya dipaksa ada, bukan berarti itu tidak melahirkan rentetan kenangan. Wajar apabila mereka mesti terikat secara emosional.
Disini nampaknya Nikole Beckwith ingin memperkenalkan lebih luas lagi bentuk cinta platonis yang memungkinkan antar subjek berkembang: benar adanya dan amat indah. Di salah satu adegan Anna berucap kepada Matt “Because I love you… like in a normal way, like a not gross way, like, like a boring way”.
Kerentanan Seorang Surogasi
Dibeberapa negara seperti Amerika Serikat, Rusia, India, dan lainnya, praktek surogasi telah legal dan lumrah dilakukan. Untuk Indonesia sendiri belum diatur dan masih haram secara hukum maupun moral. Jikapun legal prosesnya akan rumit dan mahal. Pertama membayar jasa seorang surogasi, kedua menanggung biaya selama rentang waktu kehamilan. Dalam kasus surogasi, untuk negara dunia ketiga sedikitnya tergambar di film Mimi (2021) yang amat mengerikan.
Surrogate mother tentu tak berbeda dengan perempuan hamil pada umumnya, memiliki resiko dan dampak medis yang persis sama. Di trimester pertama akan ada perubahan hormon yang ditandai dengan sering merasa mual, mudah lelah, dan emosi cenderung mudah berubah. Di trimester kedua akan ada perubahan fisik dan gejala nyeri seperti pusing, bagian-bagian badan tertentu terasa sakit, keputihan, dan kram kaki. Di trimester ketiga janin bertumbuh semakin besar sehingga dapat menakan rongga dada yang dapat menggangu pernapasan, juga dapat menekan kandung kemih dan menimbulkan rasa ngilu di bagian vagina. Sekian banyak efek biologis itu, masih harus diperparah oleh dampak psikologis.
Kemungkinan depresi dan gangguan kecemasan memiliki kemungkinan yang tinggi bagi perempuan yang sedang hamil. Seperti yang kita ketahui, perihal melahirkan merupakan perkara serius karena nyawa sang ibu dan sang anak sama-sama dipertaruhkan. Pengalaman tubuh yang hanya dapat dirasakan oleh perempuan. Lalu apalagi yang melatar belakangi seorang perempuan bertaruh nyawa selain faktor dari ekonomi yang menghimpit? Sementara itu, praktek surogasi altruistik terhitung jarang dan perdebatannya masih panjang.
Seorang surogasi menanggung beban kerja (karena kehamilannya sebagai proses kerja untuk mendapat keuntungan) seharian penuh selama kurang lebih sembilan bulan. Dan bisnis surogasi juga begitu jelas mengomodifikasi afeksi sebagai nilai dari produksi (ekstraksi nilai terhadap tubuh) yang diambil dari bidang domestik. Dengan memisahkan rahim dari perempuan sebagai alat produksi untuk akumulasinya. Yang dalam rentang kehamilan, seorang surogasi, mestilah menyesuaikan afeksi mereka untuk menjadi ibu ideal yang penuh kasih. Dimana ketubuhan dan aspek-aspek biologisnya tak lepas dari jeratan lingkaran setan kapitalisme dewasa hari ini.
Dengan kata lain, selama sembilan bulan satu kali dua puluh empat jam mereka bekerja. Bisa dibilang tugas kerja seorang surogasi ialah merawat tubuhnya dan anak yang dikandungnya serta menahan sakit dari apapun yang terjadi di ketubuhannya.
Dalam film terselip bahwa moralitas lagi-lagi ikut andil. Bagaimanapun praktek surogasi terbilang ganjil entah itu dilihat dari segi manapun. Tergambar sepintas dari histori tokoh Anna yang tercerabut dari keluarganya. Tidak dapat dinafikan, moralitas hitam-putih yang penuh prasangka, serta abai dan reduktif terhadap peliknya persoalan, masih langgeng menjadi “pedoman” masyarakat. Semakin ajeg dan mapan sebuah moralitas semakin kabur proses dialektis yang menyertainya, alhasil kebiasaan tunjuk-menunjuk tanpa penalaran jernih juga sering dilakukan, termasuk oleh institusi keluarga.
Together Together menjelaskan gambaran praktek surogasi tradisional, salah satu contoh dari hari-hari yang akan dilalui oleh kedua pihak. Meski dilematis dan problematis, kita tidak dapat mengabaikan relasi hangat yang pelan-pelan terjalin antara keduanya. Belum lagi ikatan batin ibu-anak yang harus begitu saja ditanggalkan Anna bila ia melahirkan. Itu hanyalah satu dari sekian banyak kerentanan seorang surogasi.
Terlepas dari resiko-resiko praktik surogasi, saya paham banyak orang membutuhkannya. Kebanyakan adalah orang yang tersisih secara moral karena keberadaannya yang dipandang tak lazim. Dalam ulasan ini penekanan saya pada kerja yang dilakukan seseorang dalam keterpaksaan—“demi nafkah bertahan hidup”— dan keterasingan. Karakter Anna sendiri bisa ditilik sebagai pengejawantahan dari ketertindasan perempuan yang berlapis di hubungan masyarakat yang kapitalistik dan patriarkal. Sisi lain dibalik motif kesepian dan hubungan platonik yang indah bersama Matt.
Together Together | 2021 | Sutradara: Nikole Beckwith | Penulis: Nikole Bekwith | Produksi: Wild Idea, Stay Gold Features, Haven Entertainment, Kindred Spririt | Negara: Amerika Serikat | Pemeran: Ed helmns, Patti Harrison, Rosalind Chao, Anna Konkle, Evan Jonigkeit, Tig Nataro, Nora Dunn, Fred Melamed, Jo Firestone, Terri Hoyos, Julio Torres